Selasa, 07 April 2009

R.A.S.A.

Lara

Gembira

Dilema

Cinta


Bandung_11 september 2008

Jalan Jalan Jelajahi Nama Jalan

Sering jalan-jalan dong? Pernah enggak sih kepikiran darimana iah asal-usulnya sebuah nama jalan di Kota Bandung?
Nah, pasti sering kan lewat ke Jln. Dr. Setiabudi. Buku Sejarah Nasional Indonesia (1983) menyebutkan, Dr. Setiabudi tiada lain adalah Douwes Dekker, salah seorang indo yang pro pergerakan kemerdekaan bangsa ini dan mengganti namanya menjadi Dr. Danoedirdja Setyaboedi.
Pernah dengar Jln. Ciumbuleuit? Banyak orang yang sulit membaca nama jalan ini. Sebelum penjajah masuk ke kota Bandung, Ciumbuleuit telah ada dengan nama Sumbuleuit. Sumbu : Pusat atau Puser, sedangkan Leuit : Lumbung padi atau tempat menyimpan padi. Jadi Sumbuleuit : pusat lumbung padi (leuit). Menurut Bapak Ade Rohman, Keturunan keempat dari Embah Hasim Gagak Rongkat Panimbang Jaya, tidak tahu kenapa Sumbuleuit ini lambat laun lebih dikenal dan sering diucapkan dengan kata Ciumbuleuit. Adapun cikal bakal kawasan ini diberi nama Ciumbuleuit adalah bahwa pada jaman dahulu kala ada satu daerah dimana daerah tersebut banyak berdiri lumbung-lumbung padi (leuit) yang jumlahnya mencapai 625 lumbung padi atau yang lebih dikenal dengan sebutan Leuit Salawe Jajar (lumbung padi 25 baris). Adapun pendiri dan pemilik lumbung padi (leuit) tersebut merupakan seorang Juragan (bangsawan) yang bernama Embah Hasim Gagak Rongkat Panimbang Jaya.

Dalam bukunya, Kuncen Bandung Haryoto Kunto, mencatat di Kota Bandung terdapat tiga belas nama orang asing yang diabadikan untuk nama jalan. Seperti Jln. Dr. Erlich berasal dari Paul Ehrlich, dokter lulusan Universitas Leipzig Jerman, peneliti hematologi, imunologi, kemoterapi, dan sterilisasi mendapat hadiah Nobel bidang kedokteran. Tidak jauh dari Jln. Dr. Erlich ada Jln. Nyland yang berasal dari nama Anton Albert Nijland adalah penemu vaksin kolera. Disambung Jln. Rontgen dari Wilhelm Conrad Rontgen, Guru Besar Fisika di Universitas Strasbourg, Giessen, Wurzburg dan Munich, penemu sinar X. Jln. Dr.Otten berasal dari nama Dr.L.Otten, penemu vaksin pes atau sampar dan vaksin cacar. Selanjutnya, Jln. Prof. Eijkman berasal dari Christiaan Eijkman, peneliti bakteri penyakit beri-beri bersama Robert Koch, Prof. Eijkman pernah menjadi direktur laboratorium patologi dan bakteriologi STOVIA (sekolah dokter pertama di Indonesia). Jln. Pasteur, yang kerap dilafalkan jalan Pastur, dan orang mengasosiasikannya dengan pendeta Katolik, padahal nama lengkapnya Louis Pasteur, penemu vaksin rabies, antraks, dan proses pasteurisasi. Jln. Bosscha untuk mengenan Karel Rudolf Bosscha, juragan the yang mendirikan peneropong bintang di Lembang yang kini dikenal dengan Observatorium Bosscha.
Jln. Dr. Westhoff berasal dari Dr. Westhoff, ahli mata pendiri rumah sakit mata dan panti untuk orang buta di Bandung (sekarang Wyata Guna).
Di dekat pusat Kota Bandung ada Jln. Van de Venter yang berasal dari nama tokoh politik balas budi yang kemudian melahirkan intelektual Bumiputra, Van de venter. Ada juga Jln. Marconi untuk mengenang Giuglielmo Marconi penemu wireless telegraf dan penerima Nobel bidang fisika. Terakhir, Jln. Morse untuk mengenang Samuel Finley Breese Morse, penemu dan pengembang telegraf elektronik, pencipta morse code.

So, Suatu bangsa yang besar adalah yang menghargai sejarahnya.
Dari berbagai sumber.